*''Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh ,,,''*

Sabtu, 23 Juni 2012

Nasehat Ummu Muhammad, Istri As Syahid (Insya Allah) DR. Abdullah Azzam Buat Muslimah Mujahidah

Saif Al Battar
Sabtu, 8 Oktober 2011 09:28:12


Hadiah dari Isteri Seorang Mujahid, Nasehat Ummu Muhammad, (Samirah Awatiilah) Istri As Syahid (Insya Alloh) DR. Abdullah Azzam buat kaum Muslimah Mujahidiah di seluruh dunia. Semoga bermanfaat dan memacu semangat kaum Muslimah Mujahidah untuk berjuang dengan lebih Istiqomah dan sabar, semoga bermanfaat..
Segala puji bagi Alloh Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan selalu kepada Rasul yang mulia, keluarga dan sahabat-sahabatnya semua.
Saudari-saudariku tercinta,
Sesungguhnya, umur itu sangatlah pendek dan kehidupan ini hanyalah hembusan-hembusan nafas yang akan dihitung dan dihisab. Maka, apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari berpisahnya orang-orang yang saling berkasih sayang dan saling bersahabat?
Hari berpisahnya kita dari dunia yang fana ini, menuju yaumil hisab –hari perhitungan- dan alam kekal. Hari yang menjadikan harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali bagi mereka yang menghadap Alloh dengan qalbun salim (hati yang sehat).
Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk masuk ke liang lahat, yang pernah disabdakan Rosulullah pada hari kebumikannya sahabat mulia yang bernama Sa'ad bin Mu'adz Ra:
"Seandainya ada orang yang selamat dari himpitan kubur, tentulah Sa'ad bin Mu'adz orangnya." (Shahih Al-Jam'iush-Shagir, hadist no. 5306)
Saya berharap kepada Allah Ta'ala agar kita termasuk orang-orang yang dibenarkan dalam sabda Rosulullah :
"Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (Shahih Muslim, hadist no. 1469)
Wahai ukhti mukminah, keshalihanmu terletak pada kebaikan dienmu, benarnya aqidahmu dan baiknya tarbiyah yang engkau berikan kepada anak-anakmu. Mereka adalah amanat di lehermu dan calon pemuda di masa depan, pembela dienul Islam dan sebagai kayu bakar yang akan terus menyala, menjadi api penerang bagi keabadian dakwah ini di masa mendatang.
Wahai saudari-saudari tercinta, wahai cucu-cucu Khonsa',
Wahai saudari-saudari Sumayyah dan Khaulah binti Al-Azur.
Wahai kaum muslimah yang ridho kepada Alloh sebagai Rabbnya, Islam sebagai diennya, Muhammad sebagai rasulnya serta Al-Qur'an sebagai pedoman hidupnya,
Wahai kaum muslimah yang menginginkan bendera "Laa Ilaaha Illallaah" berkibar setinggi-tingginya, dan menginginkan hidup diatas bumi yang penuh keadilan dan ketentraman,
Wahai kaum muslimah yang ingin hidup bahagia lagi mulia dengan meniti jejak Rasul dan menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya pedoman dalam hidupnya.
Wahai isteri-isteri kaum muslimin di penjuru bumi Timur dan Barat, doronglah suami-suami kalian untuk berjihad fi sabilillaah. Karena sesungguhnya, suami kalian tidak akan menjadi suami yang kalian idam-idamkan, kecuali ketika ia menjadi laki-laki kuat yang memanggul senjata dan membela dien, aqidah, tanah air dan harga diri mereka, serta mampu meneror musuh-musuh mereka dengan mempersembahkan syahid demi Islam.
Kemuliaan, ketinggian dan keluhuran hanya bisa diperoleh dalam naungan pedang di tangan manusia-manusia kuat yang mampu menggentarkan musuh-musuh mereka. Namun, itu semua tidak akan terwujud kecuali jika tiap orang dari kita mau mendorong suami, anak, saudara dan bapaknya ke medan perang, pertempuran dan kancah kemuliaan.
Itu semua juga tidak akan terwujud kecuali dengan kesabaran wanita atas kepergian suaminya, saudara dan bapaknya, serta dengan mengganti peran mereka dalam mengurus diri sendiri, anak-anak dan rumah tangganya untuk menjadi baik.
Para wanita yang berperan di belakang mereka bak batu karang nan kokoh yang menopang dan menjadi tempat mereka bersandar. Menjadi penolong mereka dengan kesabaran dan pengorbanan, di samping menyiapkan segala perlengkapan yang pantas untuk diberikan bagi kaum laki-laki demi terwujudnya cita-cita ini.
Kemudian, jauhilah dunia dan pandanglah ia dengan penuh hina. Jangan pula kalian membebani suami dengan hal-hal yang ia tidak sanggup menghadirkannya. Jadikan dirimu rela dengan yang sedikit dari pemberian Alloh yang dimudahkan untuknya.
Janganlah menyibukkan suami dengan tuntutan duniawi untuk kepentingan dirinya, yang seandainya diikuti dan menuruti syahwatnya, niscaya hanya akan membawa dirinya kepada kehancuran. Dia pun akan terus berupaya dan bersungguh-sungguh menghabiskan waktunya, untuk meraup dunia yang tidak akan habis-habisnya, sampai dunia itu melumat habis dirinya.
Wahai kalian ukhti muslimah, kalian wajib senantiasa mendorong suami pergi berjihad dengan segenap kemampuan yang kalian miliki. Janganlah bimbang dengan jalan jihad hanya karena hambatan-hambatan yang ada, sebab umur itu ada di tangan Allah dan sesungguhnya jihad itu tidak akan mengurangi umur dan rezeki mereka sedikitpun. Sebaliknya jika meninggalkan jihad, itu bukan menjadi sebab panjangnya umur dan bertambahnya rezki, itu semua sudah menjadi takdir Alloh.
Alloh berfirman: "Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya)." (Yunus:49)
Wahai ukhti muslimah, bukankah kalian senang jika menjadi mujahidah fie sabilillah? Tentu kalian menjawab "Iya". Tapi bagaimana mungkin hal itu bisa terwujud, sedang kalian sendiri tidak mendorong suami untuk berjihad serta tidak ikut menangani tugas-tugasnya dengan kesabaran atas kepergian suami, tidak juga menggantikan peran suami kalian di dalam rumah..?
Apabila Alloh menakdirkan suami kalian hidup di bawah naungan jihad, maka kalian akan senantiasa hidup bahagia bersamanya. Apabila Alloh menakdirkan mati syahid untuknya, kelak kalian pun akan dikumpulkan bersamanya sebagai seorang syahidah –InsyaAllah- karena orang yang mati syahid itu bisa memberi syafa'at kepada 70 orang dari kerabatnya.
Saudari muslimah, apakah ada martabat lain yang lebih besar daripada ini? Keistimewaan apa lagi yang diinginkan setelah diberikan kepadanya kebahagiaan mendampingi orang yang mati syahid lagi saleh di dalam syurga? Kita memohon kepada Alloh, agar Dia mengumpulkan kita semua hidup bersama mereka di tempat yang penuh kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa.
Wahai ukhti fillah, demi Alloh akan saya terangkan kepada kalian sebuah hikmah dari pengalaman hidup saya. Yakni, jika kalian bertawakal kepada Allah dalam hidup, niscaya tidak akan ada satu perkara pun yang dapat membahayakan kalian dengan izin Alloh. Walau sebesar apapun musibah itu, tentu akan terasa kecil selama itu di jalan Alloh. Demi Alloh yang tidak ada Ilah kecuali Dia, sesungguhnya kabar syahid suami dan anak saya, saya hadapi dengan penuh kerelaan di atas qadha' dan qadar-Nya.
Saya juga merasakan bahwa kebahagiaan telah menyelimuti diri saya, bahkan menenggelamkan saya ke dalamnya. Padahal peristiwa syahidnya mereka telah lama berlalu, tapi saya tetap merasa teguh, ridha dan tenang, itu semua murni pemberian Alloh dan takdir-Nya semata.
Perasaan yang muncul ini bukanlah atas kehendak saya tapi itu berupa keteguhan yang semata Alloh karuniakan ke dalam diri saya.
Saya yakin betul kalau itulah batas usia mereka dan itulah akhir ajal mereka. Lalu apa gunanya putus asa dan kesedihan? Bukankah rela terhadap qadha' Alloh itu lebih baik dibanding harus berputus asa? Bukankah balasan dari sebuah kesabaran adalah surga yang menanti?
Maka dari itu Ya Alloh, janganlah Engkau haramkan atas kami pahala-pahala mereka dan jangan pula Engkau jadikan kami sesat sesudah mereka tiada. Sesungguhnya saya betul-betul bahagia dengan syahidnya mereka, dan rasa bahagia ini lebih besar daripada yang saya rasakan ketika mereka masih hidup bersama kami.
Saya pun memperhatikan dan Alloh juga yang lebih mengetahui, sesungguhnya mereka yang sudah syahid meninggalkan kami itu telah mendapatkan keberuntungan dan saya pun demikian ikut mendapatkannya dikarenakan setia bersama mereka. Semoga Alloh menjadikan mereka penghuni syurga-Nya yang demikian luas, serta mempertemukan kita dengan mereka kelak di tempat yang sarat kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
Wahai ukhti muslimah, terakhir saya wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertaqwa kepada Alloh, membaca Al-Qur'an, menjaga lisan, bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauhi orang yang buruk perangainya.
Janganlah hidup bermewah-mewahan karena itu akan mematikan hati kalian, dan hati yang sudah mati tidak akan mampu mendidik dan mengarahkan orang yang hidup.
Wahai ukhti muslimah, sesungguhnya kita ini membutuhkan suri tauladan dari para sahabat Nabi yang perempuan –ridhwaanullaahu 'alaihinna. Oleh karena itu perhatikanlah sosok Ummu Salamah, Khonsa', Sumayyah dan Khaulah untuk menjadi tauladan bagi kalian. Kemudian amalkanlah agar kalian naik ke jenjang yang tinggi, yang telah didaki oleh saudari-saudari kalian sebelumnya semisal para sahabat Nabi. Semoga Alloh memberikan taufik kepada kalian atas amalan yang dicintai dan diridhai-Nya.
Inilah yang dapat saya tuliskan, dan saya memohon ampunan kepada Alloh untuk pribadi saya dan akhwat-akhwat sekalian.

Saudarimu seakidah,
Ummu Muhammad 'Azzam.
Dikutip dari: Al-Ekhlaas Islamic Page

Sumber : Washiyyatus Syaikh Abdulloh Azzam,
Surat dari Garis Depan; Suara Hati Tokoh Perlawanan.

Muslimah & Mujahidah
http://arrahmah.com
filter your mind, get the truth

Mengapa Aku Harus Menikahimu?

(Arrahmah.com) - Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan "dia bukanlah orangnya!"
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pertanyaan ke-2
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur'an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pertanyaan ke-3
Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku.
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan "mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!".
  1. Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, "apa yang salah dengan itu?") pemuda itu menjawab, "Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu'alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini". Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu'alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.
  2. Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur'an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.
  3. Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahu'alaihi wa sallam) mengatakan "jangan marah, jangan marah, jangan marah", ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??
Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:
  • Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
  • Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
  • Mudah memaafkan, tidak mudah marah
  • Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:
  • Mencitai Allah lebih dari segalanya
  • Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
  • Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
  • Dapat mengontrol kemarahan
  • Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari'at Islam.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
"Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir". (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)
oleh: Zafaran
(muslimahzone.com/arrahmah.com)